Kehebatan Sang Harimau

Images/sahabat harimau
Binatang Pertama, Zebra, Kuda, dan Anjing berangkat untuk melawan Singa di padang pasir. Para binatang melepas kepergian mereka dengan penuh haru. Kuda Nil yang berbadan besar bahkan beberapa kali menitikkan air mata.

“Perjalanan mereka pasti jauh sekali,” kata seekor binatang kecil di samping Gajah. Gajah mengangguk. Ia belum bisa berkata apa-apa.

“Akan kuceritakan hal ini ke mana-mana agar mereka selalu dikenang sebagai pahlawan,” kata Binatang Kecil. Langit sudah berubah warna karena hari sudah malam. Binatang kecil itu mulai bercerita tentang Binatang Pertama, Zebra, Kuda, dan Anjing kepada teman-temannya dengan berbisik.

“Nyaringkan suaramu!” kata kawannya, “kalau ingin semuanya mendengar ceritamu, kamu harus bicara lebih nyaring lagi.”

Si Binatang Kecil menyaringkan suaranya yang halus dan tajam. Suara itu sesuai dengan kisah yang diceritakannya. Suaranya indah dalam gelap menjelang malam. Gajah mendengarkan suara itu juga.

Tiba-tiba Gajah berkata, “Kalau kalian bernyanyi bersama dan membentuk kelompok paduan suara untuk menunggu kedatangan pahlawan kita, pasti hebat sekali.”

“Benar! Mari, kita coba,” kata Binatang Kecil yang lain. Tidak lama kemudian, ketika bintang mulai berkilauan, terdengarlah nyanyian para binatang itu yang menggema ke mana-mana.

Semua binatang kecil itu mengeluarkan nyanyian yang sama. Gajahlah yang memimpin paduan suara itu. Ia menggerakkan belalainya kian kemari turun naik seperti konduktor orkestra. Meskipun iramanya sama dan sederhana, nyanyian itu cocok untuk seluruh alam. 

Nyanyian itu mirip dengan suara napas alam yang sedang tidur. Begini bunyinya: “krik-krik-krik-krik!”
Setiap malam, para Binatang Kecil itu bernyanyi bersama. Makin lama, nyanyian mereka lebih merdu. Karena semua anggota paduan suara itu cuma memedulikan nyanyian saja, lama-lama tubuh mereka bertambah kecil. Akhirnya, mereka jadi berbentuk kotak kehitam-hitaman yang bisa berbunyi. Mereka disebut Jangkrik.

Gajah berbisik dalam hati, sekarang, manusia bisa berkata bahwa hutan sudah memiliki paduan suara yang paling merdu suaranya.

Para Jangkrik sangat senang dipuji oleh Gajah.

“Aha!” tiba-tiba Gajah seperti menemukan ide bagus, “Tentu saja sekarang kami para binatang hutan bisa mengadakan pesta malam untuk menyambut kedatangan manusia. Sayang, kami tidak bisa melihat dalam gelap kalau bulan tidak ada. Seharusnya, ada sesuatu yang bersinar di antara dahan-dahan kayu.”

Banyak binatang yang ingin menjadi sesuatu yang bersinar seperti yang diperintahkan Gajah. Akhirnya, binatang-bnatang itu segera naik ke atas dan bersinar dengan terang. Mereka itu kemudian disebut Kunang-kunang. Gajah sangat senang melihat hal itu. Ia membagi mereka dalam beberapa golongan untuk hidup di setiap pohon. Kalau Kunang-kunang bisa berayun-ayun, pasti lebih indah lagi. Karena itu, Kunang-kunang sekarang mempunyai sayap. Mereka bisa terbang ke mana saja untuk memperindah malam di hutan.

Pada suatu malam, seperti biasa, sekawanan Kunang-kunang menyalakan lampu di atas dahan-dahan kayu. Dalam sinar yang temaram itu, kita bisa melihat bagaimana binatang lain membungkuk-bungkuk memetik bunga-bungaan. Semua binatang selalu menunggu kedatangan para pahlawan.

Tiba-tiba, seekor binatang yang bertugas mengawasi hutan berteriak lantang. “Kuda sudah datang, Kuda sudah datang!”
Dari kejauhan, terlihat Kuda yang berlari cepat.

Gajah yang mendengar teriakan itu segera menyiapkan para Jangkrik untuk bernyanyi, “Kuda sudah datang. Kuda pasti menang! Mari, kita bernyanyi menyambut empat pahlawan kita!”

Akan tetapi, sebuah pemandangan mengerikan muncul di depan para binatang. Kuda berlari kencang dengan mata yang nyaris keluar karena ketakutan. Surainya diterbangkan angin. Semua binatang langsung lari melihat wajah Kuda yang tegang itu. “Singa! Singa! Singa!”

Nyanyian pun berhenti. Semua binatang berlari kacau-balau. Tidak ada lagi nyanyian riang gembira. Yang terlihat hanya binatang yang saling berdesakan menyelamatkan diri.

“Berhenti!” teriak Kuda terengah-engah. “Si … Singa tadi memang mengejar kami. Namun, sekarang sudah tidak lagi. Mengapa kalian berlari kalang-kabut seperti itu?”

Semua binatang berhenti berlari. Mereka berbalik mengelilingi Kuda.
Gajah mendatangi Kuda dengan tidak sabar. “Apa yang terjadi, Kuda? Mengapa kamu sendirian? Apakah Binatang Pertama mati dibunuh Singa?”

“Tidak, dia segar bugar,” kata Kuda.

“Mana dia? Mana?” Gajah berubah senang. “Ah, pasti kalian tidak bisa menang melawan Singa. Meskipun demikian, kami tetap akan menunjukkan bahwa kami kagum pada keberanian kalian. Aku tahu Binatang Pertama tidak mau memperlihatkan diri karena malu. Namun, bagi kami, ia tetap saja adalah saudara kami.”

“Siapa yang berkata bahwa Binatang Pertama kalah? Tidak. Bahkan, ia sudah mengalahkan Singa!” Kuda menyela ucapan Gajah.

“Hebat! Teman-teman, kita harus bangga dengan Binatang Pertama. Dialah pahlawan kita! Dia membuat Singa tidak berdaya!” teriak Gajah gembira.

“Semoga Binatang Pertama hidup bahagia selama-lamanya!” teriak binatang-binatang lain. “Kami ingin melihat pahlawan kami!”

Kuda menggelengkan kepala. “Tidak, kalian tidak bisa melihatnya.”
Gajah penasaran, “Apakah bentuk Binatang Pertama jadi lebih buruk karena dicakar Singa?”
“Tidak. Bahkan, sebaliknya. Sekarang, Binatang Pertama sudah gagah dan kuat. Kukunya sangat panjang. Kuku itu bisa disembunyikan dan dikeluarkan sesuka hatinya. Garis-garis badannya masih ada. Begitu juga mukanya yang bulat dan bagus itu.”

Semua binatang semakin riang gembira.

Kuda berdiri. “Para binatang, aku tidak memberi kabar gembira pada kalian. Justru, aku menyampaikan berita sedih. Sampai sekarang, Gajah selalu menyela ucapanku. Akibatnya, kalian hanya setengah mengerti tentang ucapanku. Binatang Pertama memang sudah mengalahkan Singa. Maksudku, Binatang Pertama juga sudah mampu melebihi Singa dalam membunuh binatang.”

Semua binatang yang ingin menari segera terkejut.

“Saat Binatang Pertama sudah menginjak kepala Singa tanda kemenangannya, Ular muncul! Ular berkata pada Binatang Pertama bahwa sekarang Binatang Pertama sudah menaklukkan binatang terkuat di hutan. Lalu, Ular berkata lagi, ‘Binatang Pertama, kau melihat rusa yang sedang makan rumput di sana? Singa bisa membunuh dan memakannya. Namun, kau tidak bisa’. Ular menghasut Binatang Pertama untuk membunuh Rusa. Kalian tahu, kan, kalau Binatang Pertama itu mudah terpancing dan tidak terlalu pintar?” kata Kuda dengan napas terengah-engah menahan kesal.

Kuda meneruskan ceritanya, “Dengan sekali lompat, Binatang Pertama menggigit paha Rusa yang malang itu. Kalian tahu sendiri, kalau sekali saja kita mencicipi darah sesama binatang, kita sudah tidak ingin apa-apa lagi selain meminum darah sebanyak-banyaknya. Sejak saat itu, Binatang Pertama menjadi binatang yang haus darah seperti Singa.”

Semua binatang diam begitu saja. Wajah Gajah memucat. Para Jangkrik bergidik. Mereka tidak bernyanyi lagi. Kunang-kunang berputar-putar kebingungan. Malam ini semua binatang ketakutan.

“Sejak saat itu, Binatang Pertama berubah nama menjadi Harimau,” bisik Kuda dengan wajah tegang. Dengan demikian, bertambahlah musuh para binatang. Yang pertama adalah Singa, dan yang kedua Harimau, mantan teman mereka sendiri.

TAHUKAH KAMU?

Harimau dapat hidup di mana saja asal cukup mangsa, air, dan tempat yang teduh. Harimau tidak tahan panas matahari, senang bermain-main di air, dan pandai berenang. Jika perlu, harimau dapat pula memanjat pohon.

Seperti belang pada zebra, loreng atau belang pada harimau berbeda-beda. Tidak ada loreng harimau yang sama dengan loreng harimau yang lain.

Harimau dapat melihat di kegelapan enam kali lebih baik dibandingkan dengan manusia. Selain itu, harimau adalah binatang yang rakus. Harimau dapat membunuh 30 ekor kerbau setiap tahun. Bahkan, harimau dapat memakan 30-35 kg daging hanya dalam waktu semalam. (sumber dongeng)

****
Menurut Wikipedia; Harimau adalah hewan yang tergolong dalam filum kordata, sub-filum vertebrata, kelas mamalia, pemakan daging, keluarga felidae, genus panthera, dan tergolong dalam spesies tigris. 
Kehebatan Sang Harimau Kehebatan Sang Harimau Reviewed by Sumadi Arsyah on 21:23 Rating: 5