JK, The Real President

Oleh: M SYAFI’I MA’ARIF


Sosok Jusuf Kalla dalam belantara politik Indonesia termasuk sosok yang cukup fenomenal. Berangkat dari seorang saudagar, hingga menjabat sebagai wakil presiden, JK memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan scara cepat dan tepat. Cara berfikirnya sangat lugas, namun tetap cermat. Sebenarnya bangsa ini rugi tidak memberi kesempatan kepada JK untuk menjadi orang nomor satu negeri ini. Tapi memang bangsa ini belum siap menerima sosok seperti JK untuk memimpin negeri, karena memang, kondisi sosial politik dan demokrasi kita masih berada pada tahapan demokrasi citra.

Sebagai tokoh bangsa yang berasal dari kawasan Timur Indonesia, nuansa keindonesiaan JK sangat kental. Ia memiliki visi ke depan untuk indonesia agar lebih maju dan terhormat. Meski adakalanya ia bersika terlalu pragmatis, JK sebenarnya memimpikan bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan kuat. Nasionalisme JK sangat kentara di beberapa persoalan negeri yang ditanganinya. JK telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan mimpinya itu, ia telah berbuat banyak untuk negeri.

Memang adakalanya langkah JK dinilai melebihi kapasitasnya sebagai Wakil Presiden, tapi itulah JK. Ibarat kendaraan, dia menjadi gas dalam pemerintahan dan rem-nya adala presiden Yudhoyono. Situasi ini terbalik, seperti saat diawal berdirinya Indoneisa. Saat itu Presiden Soekarno menjadi gas, sedangkan wakil presiden Muhammad Hatta menjadi remnya. Jadi sebenarnya pasangan Yudhoyono-JK itu klop lanya pasangan Soekarno-Hatta, ada gas dan ada rem. Tak terbayangkan kalau pasangan presiden wakil presiden kita dua-duanya gas atau dua-duanya rem, bisa bablas negeri ini atau mandeg sama sekali.

Walaupun ada gesekan sedikit, karena tindakan JK dianggap mendahului kapasitasnya atau melangkahi jabatannya, saya menganggap itu tidak terlalu masalah, karena subkultur seberang tindakannya merupakan hal yang tdak perlu terlalu dipersoalkan. Masalahnya, justru memang harus melakukan itu, untuk kepentingan negeri.

Penyelesaian konflik Poso Ambon atau Aceh, telah membuktikan bahwa JK telah berbuat meski banyak kritik yang ditujukan kepadanya. Tak terbayang oleh saya jika ia tidak melakukan peran yang serius untuk menyelesaikan konflik di daerah tersebut, bukan tidak mungkin, konflik tersebut masih ada hingga kini. Jadi menurut saya orang-orang yang semacam inilah sebenarnya yang kita butuhkan harus ada orang-orang yang sedikit ‘gila’. Kalau tidak, negeri ini hanya seperti ini saja, kedaulatan kita dilecehkan orang lain dan segala macam hal yang membuat bangsa tidak lagi bisa berdiri tegak, dan tidak berbuat banyak. Ya, pada masa sekarang ini, sangat diperlukan orang yang berbuat untuk Indonesia. Saat kondisi Indonesia secara politik itu masih oleng—secara kultural oleng—ekonomi juga berbmasalah, perlu orang semacam itu.

Kalau toh JK tidak terpilih pada pemilihan presiden kemarin, persoalannya bukan berada pada sosok beliau, tetapi lebih pada pendeknya waktu sosialisasi. Kalau ada waktu luang setahun saja, saya rasa suasananya pasti akan berbeda. Selain itu, masyarakat kita memang masih belum sepenuhnya memahami sosok JK. Bagi pemilih JK dalam pemilihan 2009, kekalahannya bukan suatu persoalan, pemilihnya merasa bangga dengan mencontreng dia karena ada harapan yang muncul dari sosok beliau jika ia berhasil negeri ini. Bukankah banyak tokoh yang menukungnya secara terang-terangan, mulai dari kalangan akademisi, pimpinan ormas besar, ekonom hingga pengusaha nasional. Ada joke dai teman-teman di ITB yang menyatakan orang Indonesia yang pintar itu hanya 12 persen. Meski sekedar gurauan, hal itu menunjukkan betapa ada harapan orang terhadap perubahan di negeri ini.

Memang rasa percaya diri yang berlebih dan sikap pragmatis JK kerap dianggap sisi lemahnya, namun saya melihatnya hal itu tidak terlalu berbahaya sebab dia mencitai negeri ini dan dia telah banyak berkorban. Tapi itu tetap harus menjadi catatan baginya dala melakukan suatu tindakan yang menyangkut kepentingan kemajuan bangsa.

Secara khusus selain kepeduliannya terhadap persoalan kebangsaan, saya melihat JK memiliki komitmen yang dalam terhadap seluruh organisasi kemasyarakatan agama di negeri ini baik Nahdlatul Ulama ataupun Muhammadiyah dan ormas umat beradama lain. JK banyak memberikan kontribusi bagi pengembangan kehidupan beragama dan toleransi di Indonesia. Melalui berbagai cata, ia menjadikan ormas keagamaan tumbuh dan berkembang hingga dapat berperan aktif sesuai tujuannya masing-masing.

Saya mengenal JK scara personal sudah sejak lama, saya mengetahui sifatnya secara langsung ataupun dari orang orang yang dekat denannya dan saya telah memantau sejak 10 tahun terakhir. Ia adalah seperti yang sebagian saya gambarkan tadi: memiliki kehendak untuk mengubah negeri ini ke arah yang lebih baik.

Karena itu, apapun yang terjadi, beliau harus meningkatkan pengabdian untuk kepentingan bangsa dan negara. Banyak hal yang dapat dilakukannya meskipun ia tidak lagi berada di dalam struktur pemerintahan. Sebagai seorang mediator ulung, JK dapat berbuat banyak untuk melakukan mediasi berbagai persoalan kondlik di negeri ini, seperti yang telah ia buktikan selama ia mengabdi dalam berbagai posisi pemerintahan yang diembannya.

Beliau boleh meinggalkan dunia politik dan pemerintahan, namun perannya untuk bangsa dan negara tak boleh ditinggalkan. Ada banyak persoalan kebangsaan yang bisa itanganinya meski ia tak lagi berada di dalam struktur kenegaraan. Ketokohannya tetap diperlukan, andilnya bagi bangsa masih sangat dibutuhkan. Satu nasihat penting untuknya, JK perlu terus meningkatkan pengabdiannya kepada bangsa dan negara ini.

M SYAFI’I MA’ARIF, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah


Sumber: jusufkalla.info
JK, The Real President JK, The Real President Reviewed by Sumadi Arsyah on 05:12 Rating: 5